Pergolakan di Mesir
Pergolakan yang terjadi di dunia Arab belakangan ini, tentunya sedikit banyak akan membawa dampak kepada negara kita. Bermula dari demonstrasi yang terjadi di Tunisia yang berhasil menurunkan diktator Zine al-Abidine Ben Ali, kini media diseluruh dunia gencar memberitakan mengenai demo besar-besaran yang melanda negara Mesir. Demo yang intinya ingin menurunkan pemimpin negaranya yaitu Hoesni Mubarak itu berlangsung hingga berhari-hari lamanya. Setelah memakan korban ratusan jiwa, akhirnya Hoesni Mubarak pun tumbang.
Mesir sendiri bagi negara Indonesia sejak dulu sudah memiliki emosi yang sangat kuat. Tak heran karena Mesirlah negara pertama yang mengakui kedaulatan negara Republik Indonesia. Selain itu dalam konperensi Asia Afrika ketika Indonesia menjadi tuan rumah, Mesir juga menjadi negara pendukung yang cukup menonjol. Persahabatan antara Mesir dan Indonesia nampaknya tak lekang oleh zaman, meski pemimpin yang berkuasa, baik di Indonesia maupun Mesir.
Menurut pendapat saya,pergejolakan yang terjadi di mesir kurang lebihnya dikarenakan faktor ekonomi. Pada dasarnya tugas seorang pemimpin adalah mensejahterakan rakyatnya, jika hal tersebut tidak tercapai, maka pemimpin tersebut belum bisa dikatakan layak sebagai seorang pemimpin. Kalau menjadi pemimpin di negara yang perekonomiannya masih bisa dibalang minim, harus bisa membuat perubahan sehingga tidak terjadi jurang ekonomi antara si kaya dan si miskin. Sehingga rakyat yang perekonomiannya minim tidak merasa sakit hati. Selain itu, seorang pemimpin pun harus pintar, transparan dan dapat dipercaya. Pintar dalam arti mengambil sikap. Sehingga masyarakat pun tidak ragu untuk memilih pemimpin tersebut dan bangga memiliki pemimpin yang pintar. Selain itu seorang pemimpin juga harus dapat membimbing masyarakat agar dapat diajak bekerjasama dengan baik, sehingga negara menjadi aman dan terkendali.